Jumat, 18 Mei 2012

Dihukum Guru, Siswa Kelas VIII SMPN 10 Cirebon Tewas


Khumaedi tewas setelah mendapat hukuman dari gurunya, Rabu (9/5) siang. Ketika itu dia disuruh lari 15 putaran di lapangan basket sekolahnya gara-gara tak membawa pot bunga saat pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH). Saat menjalani hukuman itu, rupanya Khumaedi kecapaian. Akibatnya, dia jatuh pingsan di lapangan basket. Mengetahui Khumaedi pingsan, teman-teman dan gurunya langsung membawanya ke ruang unit kesehatan sekolah (UKS).

Namun di ruang UKS, Khumaedi tak langsung mendapat pertolongan. Akibatnya, kondisi Khumaedi semakin parah, sampai keluar busa dari mulutnya. Setelah didiamkan di UKS, Khumaedi langsung dibawa ke dokter praktik, dr Sofyan. Namun ketika tiba di dr Sofyan, dokter tersebut angkat tangan. Khumaedi pun dibawa ke RS Pelabuhan. Ketika tiba di RS Pelabuhan, Khumaedi sudah tak bernyawa lagi. Khumaedi pun dinyatakan meninggal dan langsung dipulangkan ke rumahnya di Gang Curug, Kanggraksan, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon. "Kami menyayangkan tindakan guru di sekolah, kenapa tidak membawa langsung Edi (panggilan Khumaedi) ke rumah sakit," kata paman Khumaedi, Satori, saat ditemui di rumah duka, Kamis (10/5).
Ibu kandung Khumaedi, Mutirah, mengatakan anaknya itu tidak punya riwayat sakit, apalagi jantung, sebagaimana yang diduga beberapa pihak. Tentang meninggalnya Khumaedi, Mutirah mengatakan baru disampaikan sekolah sekitar pukul 12.05. Ketika itu, datang seorang guru ke rumahnya memberitahukan bahwa Khumaedi pingsan dan dibawa ke RS Pelabuhan.

Mutirah pun ke rumah sakit bersama guru tersebut. Namun setibanya di rumah sakit, ternyata Khumaedi sudah terbujur kaku dan siap dimasukkan ke ambulans untuk dibawa pulang.
Dihukum Ditemui terpisah, Pembina OSIS SMPN 10 Cirebon, Johandi, mengakui bahwa Khumaedi pingsan saat menjalani hukuman. Ketika itu, kata dia, siswa tersebut tengah mengikuti pelajaran PLH.
"Yang saya tahu, pukul 12.30, siswa itu dibawa ke dr Sofyan," kata Johandi.

Johandi mengatakan, setiap siswa yang melanggar aturan di SMPN 10 selalu diberi hukuman. Bagi siswa yang terlambat masuk pun biasanya diberi sanksi squat jump dan push up 10-20 kali. Tentang kematian Khumaedi, polisi setempat juga tidak melakukan autopsi. Jenazah dimakamkan tanpa jelas apa penyebab kematiannya. Kapolres Cirebon Kota Ajun Komisaris Besar Asep Edi Suheri, melalui Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Ajun Komisaris didik Purwanto, mengatakan keluarga menolak autopsi. "Keluarga menolak dan mengikhlaskan," kata Asep, kemarin.

Karena menolak, kata dia, kasus itu pun tak bisa berlanjut hukum. Sebab, tak ada bukti autopsi yang bisa menguatkan. Tapi jika ke depan keluarga mencabut penolakan autopsi, jenazah Khumaedi pun bisa diautopsi dan kasus bisa berlanjut.

Sampai kemarin, sejumlah saksi sudah dimintai keterangan. Guru PLH, Windi, sudah dipanggil polisi. Belum diketahui tindakan apa yang dilakukan dinas Pendidikan terkait dengan kasus ini. Pelaksana Harian Kepala dinas Pendidikan, Dana Kartiman, tak bisa dihubungi. Teleponnya pun tak diangkat.

Samsul Sang Penjaja Cilok di Kaki Gunung Slamet


Potret Kesejahterahan Indonesia kini masih jauh dari Kemerdekaan untuk hidup sejahtera. Samsul bocah 10 tahun yang tinggal di Kaki Gunung Slamet tepatnya Desa Bumijawa Kabupaten Tegal yang kini bekerja sebagai penjual bakso “Cilok”. Samsul adalah sulung dari 4 bersaudara yang duduk dikelas 4 SD. Zindan adik kandung dari Samsul yang duduk di kelas 1 . Keduanya sangat piawai mempersiapkan dagangan ciloknya. Setiap pulang dari sekolah Samsul dan zindan mulai menjajakan jualannya. Samsul tidak merasa malu saat berjualan, bahkan ia merasa senang bisa membantu kedua orangtuanya. Samsul sangat senang jika zindan membantu berjualan bersamanya. Prihatin dengan kondisi orang tuanya, sepulang sekolah Samsul berjualan cilok demi mendapat sedikit rupiah.

Tak jarang Samsul dan keluarga terpaksa makan cilok tengik bila tak ada lauk teman nasi.Berbagi tugas dengan adiknya menabuh bambu guna memberi tanda saat berjualan keliling. Harga cilok dagangannya hanya 500 rupiah. Keduanya harus piawai menjajajkannya karena harus segera habis dalam sehari. Perjuangan Samsul tidak sampai disini ia harus menggendong gerobaknya. Ia tidak peduli dengan rasa sakit dipundaknya. Kadang pembeli sering hutang kepada Samsul, tapi bocah kecil ini tidak berani untuk menagih hutang dari pembeli ciloknya. Samsul seringkali berjualan diluar desanya. Bumijawa memang desa yang curah hujannya tinggi, sering Samsul dan Zidan harus bersabar untuk mengejar jualan ciloknya hingga habis karena turun hujan.

Ayah Samsul nikah muda, Ia pekerja serabutan untuk mendapatkan sesuap nasi. Ibu Samsul kini menderita sakit yang membutuhkan biaya pengobatan. Modal yang Samsul dapat merupakan iba dari salah seorang kios penggiling daging walaupun hutang keluarga Samsul belum tertunaikan. Apa mau dikata, Samsul harus berjuang demi mendapatkan rezeki untuk membantu kedua orang tuanya. Samsul tak lepas dari cacian teman-teman sebayanya saat berjualan. Ia tidak peduli dengan itu semua. Masa kecil Samsul tidak sepenuhnya bias ia nikmati. Teman-teman sebayanya kadang ingin mengajak bermain saat pulang sekolah namun Samsul keluar rumah dengan gerobag yang di gendongnya. Ibu Samsul sering merasa bersalah melihat anaknya berjualan keliling untuk membantu perekonomian keluarganya.
Jarak kelahiran anak-anaknya sangat dekat sehingga pengeluaran ekonomi sangat banyak. Terutama untuk pendidikan anak-anaknya. Hingga kini Samsul masih punya tunggakan biaya pendidikan di sekolahnya. Jualan cilok tidak mampu menutupi segala pengeluaran keluarga. 

Dalam Sehari Samsul berjualan cilok hanya mendapatkan uang kurang lebih 12.000 rupiah. Terkadang orang tua Samsul menyerah karena tidak sanggup mebiayai sekolahnya. Samsul punya cita-cita bisa melanjutkan ke Pondok Pesantren. Namun, kedua orangtuanya tidak sanggup mewujudkan impian Samsul. Samsul nasibnya tidak ingin seperti orangtuanya, Ia ingin tidak buta huruf. "Samsul ingin mondok di pesantren, tapi ibu nggak punya uang. Samsul nggak ingin seperti bapak & ibu, nggak sekolah" kini Samsul dengan Semangat dan Kemauan yang tinggi dalam berjuang untuk mencapai cita-citanya.